Selasa, 17 Februari 2009

KELOMPOK MASTERMIND

Anda ingin berhasil? Anda ingin selalu bersemangat? Anda tidak bisa sendirian. Sehebat-hebatnya Anda, pasti Anda membutuhkan orang lain. Saran saya, Anda harus memiliki teman-teman yang selalu menyemangati Anda, menginspirasi Anda, mendukung Anda. Begitu juga sebaliknya, Anda juga memotivasi, menginspirasi dan mendukung teman-teman Anda. Jika Anda memiliki teman seperti itu dan melakukan pertemuan rutin itu berarti Anda memiliki kelompok mastermind.

Jadikan teman Anda sebagai kelompok mastermind (istilah ini dipopulerkan oleh Napoleoan Hill di dalam bukunya Think and Grow Rich). Filosofinya sederhana, dua kepala lebih baik dibanding satu kepala dalam hal memecahkan masalah atau menciptakan hasil.

Jadi, bayangkan mempunyai sebuah kelompok tetap yang terdiri atas lima sampai enam orang yang bertemu setiap pekan untuk tujuan memecahkan masalah, melakukan curah pendapat, membentuk jaringan, dan saling mendukung serta memotivasi satu sama lain.

Orang-orang yang berhasil di dunia selalu memiliki kelompok mastermind. Misalnya, Henry Ford (expert di bidang asembling), sering melakukannya bersama pemikir brilian seperti Thomas Edison (penemu) dan Harvey Firestone (expert manajemen korporasi). Kelompok mastermind telah melahirkan ketiga orang itu menjadi orang yang berpengaruh di dunia.

Nah, lima orang sahabat Anda dan juga Anda jadilah sebuah kelompok mastermind yang perlu melakukan pertemuan atau diskusi rutin. Pastikan semua anggota memiliki kesempatan, hak dan kewajiban yang sederajat. Pastikan juga bahwa, semua orang yang menjadi anggota mastermind memiliki pikiran dan hati yang terbuka. Mengusahakan untuk terlatih berbeda pendapat dan menerima masukan dan kritikan yang produktif. Saran saya, anggota kelompok yang Anda jadikan kelompok mastermind ini profesinya beragam dan tinggal berdekatan atau setidaknya bisa dijangkau dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Pertemuan mastermind harus diadakan setiap pekan atau dua pekan tergantung kesepakatan bersama. Semua orang harus hadir. Pertemuan itu bisa dilakukan secara tatap muka, via internet atau telepon. Saran saya, pertemuan tatap muka harus paling dominan dibandingkan dengan yang lainnya.

Waktu pertemuan disarankan berkisar antara 1 – 2 jam saja. Pertemuan yang terlalu lama akan menjemukan dan tidak mendorong anggota untuk hadir di pertemuan berikutnya. Sesekali pertemuan bisa dilakukan lebih dari 2 jam.

Dalam beberapa pertemuan pertama, saya sarankan agar masing-masing anggota mendapat waktu yang cukup (kurang lebih satu jam) untuk mempresentasikan Proposal Hidupnya (detailnya, bukunya sedang saya buat, he…he…promosi terselubung), bercerita tentang diri, keluarga dan juga pandangan-pandangan hidupnya. Setelah semua orang sudah mempresantisakan Proposal Hidupnya maka pertemuan mastermind selanjutnya temanya ditentukan sesuai kesepakatan.

Di dalam pertemuan tidak boleh ada satu atau dua orang yang mendominasi. Semua harus diberikan hak yang sama. Akan sangat baik bila ditunjuk secara bergiliran pimpinan pertemuan yang akan mengatur jalannya pertemuan secara fair dan menggairahkan sehingga semua anggota merasa manfaat dari pertemuan tersebut. Agenda pertemuan bisa membahas seputar bisnis, keluarga, kepedulian, curhat dan solusi, diskusi tematik tergantung dengan suasana yang sedang berkembang saat itu.

Ingat! Dalam melaksanakan Proposal Hidup Anda tidak punya atasan. Anda akan selalu terdorong untuk menjalankan apa yang sudah Anda tulis bila kelompok mastermind ini berjalan. Kepada kelompok mastermindlah Anda memberikan laporan dan pertanggungjawaban realisasi dari proposal hidup Anda. Jadi, pastikan Anda menghidupkan kelompok mastermind ini.


Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
(on facebook)

Sisi Lain Jepang : Sampah

Hari ini, menjelang siang,
senseiku merapikan beberapa kertas yang tidak dipakai, dibantu
seorang mahasiswa Yonensei. Sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu,
dengan dibantu asistennya, beliau merapikan file-filenya yang tidak
terpakai lagi. Sehabiss sholat di gedung tetangga, memasuki ruangan
mahasiswa, aku heran, hampir seluruh mahasiswa sensei yang datang
hari itu berkumpul di meja besar, tempat biasanya mahasiswa
konsultasi dengan sensei. Tidak biasanya, lab rame. Biasanya, rame
oleh suara tuts-tuts keyboard yang ditekan oleh masing-masing
pemiliknya.

Beberapa menit kemudian,
asisten senseiku memanggil beberapa orang. Dan semuanya bergerak,
seperti dikomando. Aku yang tidak mengerti apa-apa, heran aja, kok
pada keluar semua. Kulangkahkan juga kaki menuju luar. Bertemu dengan
senseiku di dedan pintu, akupun bertanya. Dan beliaupun menjelaskan,
kalau mereka akan membuang sampah. Hmm, walaupun aku tidak diajak,
akhirnya akupun menuruti langkah-langkah mereka menuju ke tempat
sampah.

Tahukah
kalian apa yang dibuang? Keyboard yang tidak terpakai, hardisk yang
sudah rusak, PC komputer yang sudah tua dan tidak terpakai, beberapa
jilid buku, beberapa potong kardus, dan berlembar-lembar kertas yang
tidak digunakan lagi. Menuju ke tempat sampah di belakang gedung,
beberapa mahasiswa juga membawa barang-barang elektronik lama. Ada
televisi besar, kulkas ukuran kecil, printer yang gede, dan masih
banyak lagi. Mungkin mau di daur ulang kali yah

Di Jepang, barang-barang
yang akan dibuang dipisah dulu berdasarkan kategori yang telah
ditentukan dan mesti dibuang pada hari yang telah ditentukan. Di
Inage, misalnya, tempat asramaku berada. Barang-barang yang bisa di
daur ulang, misalnya botol, dibuang pada hari kamis, sekali seminggu.
Hari pembuangan sampah-sampah yang mengandung racun dan benda-benda
yang mudah terbakar, misalnya perabotan rumah tangga dan
barang-barang elektronik ukuran kecil adalah hari Sabtu, pada minggu
kedua dan keempat. Sampah-samapah yang mudah terbakar, misalnya
sampah dari sisa-sisa dapur, dibuang tiga kali seminggu yaitu pada
hari Senin, Rabu, dan Jumat. Untuk perabotan-perabotan yang ukurannya
besar, pembuangannya mesti berkoordinasi dengan kantor yang berwenag,
di Jepang disebut the Sanitation Office dan hanya bisa dibuang
sebulan sekali.

Repot yah kelihatannya?
Menurutku, iya Untunglah, karena masih tinggal di asrama kampus yang katanya
bertaraf international, di lingkungan asrama disediakan tempat khusus
untuk meletakkan sampah. Jadi, kadang setiap hari bisa membuang
sampah jenis apapun. Ukurannya cukup gede, sekitar 5 meter x 3 meter,
dan dibuat bangunan permanen. Semua jenis sampah ada di tempat itu.
Setiap pagi, aku melihat seorang kakek dan seorang nenek yang memilah
-milah sampah yang mesti dibuang hari itu. Dan kalau aku berangkat ke
kampus sekitar pukul setengah 10, mesti ucapan ohayou gozaimasu
menyapaku yang akan mengayuh sepeda menuju kampus.

Tapi, sebenarnya, ada sisi
menarik lainnya dengan adanya hari pembuangan sampah. Ini menurutku.
Tidak ada tempat sampah khusus di Jepang. Kadang sampah hanya
diletakkan di sisi jalan, lalu ditutupi dengan penutup. Tapi, jangan
bayangkan akan ada sisa-sisa yang berserakan yah. Setelah sampah
diangkut, semuanya akan kembali bersih. Yang menarik adalah
memperhatikan setiap hari bergantinya jenis-jenis sampah yang
diletakkan di sisi jalan menuju kekampusku. Kadang setumpuk buku,
kadang sampah rumah tangga, ada juga televisi, micro wave aku juga
pernah melihat, atau botol-botol minuman dan baju-baju yang menurutku
masih sangat layak pakai. Biasanya malam hari menjelang pulang ke
arama, sampah-sampah itu akan memenuhi sisi jalan. Dan pagi harinya,
ketika menuju ke kampus lagi, sampah-sampah itu sudah tidak ada lagi.

Nah, kadang beberapa
sampah itu, terutama barang elektronik, masih bisa digunakan. Temanku
ada yang mendapatkan CD/DVD Player dari tempat sampah. Ada juga yang
pernah mendapatkan pemanas air atau rice cooker di tempat sampah.
Atau televisi. Juga karpet. Di awal-awal musim dingin, beberapa
teman-teman bahkan mendapatkan jaket tebal dan sweater hangat dari
tempat sampah. Kadang barang-barang itu diletakkan di tempat yang
sengaja bisa dilihat, mungkin dengan maksud supaya dipungut. Atau
kadang dengan alasan ingin ganti model, maka barang-barang lama di
buang, padahal barang-barang tersebut belum rusak. Oh yah,
rumah-rumah di Jepang ukurannya sangat kecil, jadi menyimpan
barang-barang yang tidak dipakai bukanlah sebuah kebijakan hampir
seluruh penghuni rumah di Jepang. Aku sendiri pernah mendapatkan jam
yang terbuat dari kayu dan masih bagus. Juga sebuah jaket hangat

Mendapatkan barang-barang
tersebut kadang jadi anugerah. Tidak perlu membeli barang-barang yang
dibutuhkan dan kadang harganya melangit. Wong, nanti ketika pulang ke
tanah air, barang-barang tersebut tidak akan dibuang juga ke tempat
sampah. Atau diwariskan ke teman-teman lain yang masih tinggal di
Jepang, jika masih layak pakai.

@Kampus, Nishi-Chiba, Februari 2009
(catatan salah seorang milist pembacaanadia)

Senin, 16 Februari 2009

Membantu Itu Membahagiakan

Oprah angel’s network $1000 holiday to giveaway – alot more happier

Oprah pernah melakukan sebuah eksperimen dengan para pemirsanya. Dia meminta permisanya tersebut untuk menggunakan uang sebesar $1000 yang seharusnya merekaakan gunakan untuk liburan, untuk digunakan untuk meringankan beban orang lain, apapun itu.

Bisa untuk menyekolahkan anak yang tidak mampu, membelikan obat, memberi makan, apapun dan dilakukan selama masa liburan tersebut.

Setelah masa liburan berakhir, Oprah mengundang mereka untuk tampil pada acaranya dan menceritakan apa pengalaman yang mereka peroleh pada masa liburannya.

Ternyata semua mengatakan bahwa mereka belum pernah merasa lebih bahagia, lebih bermakna, dan apa yang diperloleh dengan $1000 yang mereka berikan pada orang lain itu jauh melebihi kebahagiaan yang mungkin akan diperoleh apabila mereka habisakan untuk berlibur.

Hal senada muncul dari hasil penelitian yang dilakukan di Universitas Oregon. Peneliti dari Universitas Oregan baru-baru ini menggunakan mesin fMRI untuk mempelajari aktivitas otak laki-laki dan perempuan dan memonitor perubahan emosi dan pola dalam berpikir.
Dalam eksperimen ini, peneliti memberikan seorang wanita uang sebany
ak 100 dolar, dan seperti yang diduga, pusat kebahagiaan di otak menunjukkan peningkatan aktivitas.
Lalu di bagian lain eksperimen ini, wanita tsb diberikan lagi uang dalam jumlah yang sama, namun kali ini wanita tsb diberikan kesempatan untuk mendonasikan uangnya.
Hasilnya, terjadi peningkatan aktivitas otak yang jauh lebih besar dibanding ketika wanita tsb menggunakan uang itu untuk dirinya sendiri.

Luar biasanya lagi, ketika penelitian ini dikembangkan dengan cara mengukur aktivitas otak orang yg melihat orang lain menerima kebaikan, ternyata aktivitas yang otak yang sama juga muncul.
Artinya, kita pun bisa merasa turut bahagia ketika kita melihat orang lain menerima kebaikan dari orang lain (bukan dari kita).

DIPOSTING OLEH Jamil Azzaini | facebook

Minggu, 15 Februari 2009

Launching

Alhamdulillah....telah terbit blog komunitas anggota dan alumni GARIS MAN 1 BANDUNG.

mudah-mudahan blog ini menjadi sarana sebagai pengikat ukhuwah antar anggota maupun alumni.
Harapannya kedepan adalah blog ini senantisa terisi oleh para anggota maupun alumni dengan berbagai krativitas ataupun karya yang lain.

terakhir terima kasih atas semua partisipasinya.

wassalamu'alaikum.